profile

Fildan Arim

Belum pernah saya berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwa saya sendiri, yang kadang-kadang membantu saya dan kadang-kadang menentang saya. ...Read More

Label

Jumat, 18 Oktober 2013

Dakwah dan Perjuangan Nabi Muhammad SAW. di Mekah



 Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Sejarah Peradaban Islam 1”
Dosen Pembimbing :  Dwi Susanto, M.A.

Disusun oleh :



Mohammad Nadlif  (A02213060)
 
PRODI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM 
FAKULTAS ADAB 
IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2013




KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat taufiq hidayah dan inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul Dakwah dan Perjuangan Nabi Muhammad SAW di Mekah”.
Pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang ikut serta membantu menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih khususnya kami sampaikan kepada Bapak Dwi Susanto, M.A. selaku dosen pembimbing kami yang senantiasa meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan kritik dan saran perbaikan sehingga tersusun makalah ini dengan baik dan tak lupa pula sahabat dan semua pihak yang telah memberikan informasi dan motifasinya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan kiranya perlu adanya perbaikan-perbaikan baik dari segi penulisan maupun isinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari perbaikan selanjutnya.
Atas perhatian dan bantuan dari semua pihak atas terselesaikannya Makalah ini, sebelumnya disampaikan banyak terima kasih atas segala partisipasinya. Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda.
Amin...
Surabaya, 05 Oktober  2013


Penulis

 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Rasulullah saw. Di lahirkan pada  tanggal 20 april 571 M. ketetapan ini sebagaimana di kemukakan oleh sebagai sumber berita arab, yakni pada tahun yang dikenal dengan sebutan tahun Gajah. Beliau lahir dari keluarga miskin secara materi namun berdarah ningrat dan terhormat.
Dengan diberkahi sikap ideal dan benci terhadap segala jenis pemberhalaan, Muhammad tidak pernah sujud di depan patung orang Quraiys Tuhan Yang Esa, cara berfikir yang baik,dan keadaan buta huruf menyebabkan ia tak tahu-menahu praktik keagamaan Kristen nmaupun Yahudi. Kemudian sewaktu mulai menunjukan tanda-tanda kematangan menerima tugas kenabian, Allah mempersiapkan tugas ini secara bertahap.
Ketika negeri Arab (Mekkah) menjadi tempat lahirnya islam dan sebagai tempat Nabi berdakwah sudah seharusnya terlebih dahulu kita mengenal-walau sedikit-tentang kondisi geografi , kondisi kota, kondisi keagama’an masyarakat mekah sebelum islam di sebarkan oleh Rasulullah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara Nabi Muhammad saw berdakwah?
2.      Apa kesulitan Rasulullah ketika berdakwah di mekkah?
3.      Mengapa Rasulullah SAW Hijrah ke Yastrib?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui cara dakwah Nabi Muhammad SAW.
2.      Mengetahui rintangan-rintangan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah
3.      Memahami Asbabun Nuzul perintah Nabi Muhammad SAW berhijrah ke yastrib.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana telah di sebutkan sebelumnya bahwa ‘Abdullah Ayah Muhammad, wafat pada saat aminah sedang hamil.Muhammad dilahirkan dalam keadaan serba pelik. Ia lahir dari kelurga miskin namun cukup terpandang di masyarakat. Beberapa saat kemudian ibunya juga meninnggal dunia dan menjadi anak yatim piatu sejak usia enam tahun. Ia mulai bekerja sebagai pengembala kambing di kota  mekah di dataran bumi yang tandus itu. Mengikuti jejak tradisi orang Quraiys, ia pun terjun ke dunia bisnis. Sikap integritas dan keberhasilannya sebagai pedagang, ia berhasil meraih simpati Khadijah seorang janda tua, cerdik, lagi kaya. Kemudian ia menikahinya. Muhammad amat terkenal memilki sikap kejujuran dan integritas di seluruh kota mekah dalam semua masalah. Pendapat Ibn Ishaq mengatakan . “sebelum turunnya wahyu, orang-orang Quraiys telah memberi label sebagai satu-satunya orang yang terpercaya (Al-Amin).[1]

B.     Nabi Muhammad SAW. Berdakwah secara sembunyi-sembunyi
Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam di lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, yang menerima dakwah beliau, lalu Zaid, bekas budak beliau. Di samping itu, juga banyak orang yang masuk islam dengan perantaraan Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunal awwalun (orang-orang yang terlebih dahulu masuk islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah dan Al-Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya di jadikan markas untuk berdakwah (rumah Arqam).[2]

C.     Nabi Muhammad Berdakwah secara Terbuka
Setelah tiga tahun lamanya berdakwah secara sembunyi-sembunyi dan dakwah itu hanya disampaikan kepada orang yang diyakini akan menerima islam. Semala ini pula beliau dan para sahabatnya melaksanakan shalat dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak dipantau oleh orang-orang Quraisy.[3] Kemudian Nabi Muhammad SAW. dapat perintah Allah agar menyebarkan pesan-pesan dakwah secara terang-terangan.yakni dalam Surah Al-Hijr, ayat 94:
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚ̍ôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ   $¯RÎ) y7»oYøxÿx. šúïÏäÌöktJó¡ßJø9$# ÇÒÎÈ    
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”, (QS. Al-Hijr ;94-95).[4]

Pada tahap awal Nabi Muhammad melihat keberhasilan dakwahnya karena para pembesar dan kepala suku tidak ada di kota mekah. Saat kembali, mereka mulai membuat perhitungan dan menyadari akan bahaya agama baru ini. Mereka mulai melakukan penindasan kepada masyarakat Muslim yang baru lahir. Beberapa rakyat kecil mulai dipaksa kembali menerima tata cara kehidupan semula sedang lain nya tetap bertahan pada kepercayaan agama baru. Dari hari ke hari kekejaman semakin meningkat dan Nabi Muhammad setelah lebih kurang dua tahun dalam penindasan minta mereka yang tak tahan menghadapi ujian agar hijrah ke Habashah. Hijrah kedua dimulai tidak lama setelah melihat meningkatnya penindasan pihak orang-orang kafir yang ingin mencabut akar pemikiran Islam  dari lubuk hati mereka. Melihat kegagalan strategi yang mereka lakukan, orang-orang kafir mulai mengambil langkah-langkah baru.[5]
Namun, dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena mendapat tantangan dari kaum kafir Quraiys. Hal tersebut timbul karena beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.
1.      Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Mutholib.
2.      Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya.
3.      Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya atau pun mengakui serta tidak menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
4.      Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada bangsa arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama islam.
5.      Pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai penghalang rezki.[6]

D.    Tawaran pihak Quraish kepada Nabi Muhammad SAW
Dengan masuk islamnya Hamzah (salah satu paman Nabi Muhammad)merupakan titik klimaks bahaya yang dirasakan oleh pihak Quraish.’Utba bin Rabi’a, seorang kepala suku melihat Muhammad melaksanakan sholat di Masjid al-Haram sendirian dan memberitahukan kepada yang lain, “Saya akan pergi menemui Muhammad dan mengemukakan beberapa usulan yang mudah-mudahan ia dapat menerimanya. Kita tawarkan apa saja yang ia mau dan kita akan membiarkan ia dalam keadaan selamat.” ‘Utba pergi menemuinya dan berkata, “wahai saudara sepupuku, anda adalah satu diantara kita, keturunan kabilah termulia serta memiliki asal usul keturunan yang amat terpandang. Anda hadir di tengah para pengikut dengan membawa masalah yang amat besar yang mengakibatkan pecahnya masyarakat. engkau caci maki tatanan hidup, menghina tuhan-tuhan dan agama mereka dan anda anggap keturunan mereka sebagai kafir. Sekarang dengan apa yang hendak saya tawarkan dengan harapan anda akan menerima salah satu darinya.” Nabi Muhammad setuju ‘Utba meneruskan ucapannya. “Wahai saudara sepupu saya, jika sekiranya anda menghendaki dengan apa yang anda bawa-harta kekayaan, kita akan mengumpulkan seluruh kekayaan dan menganugerahkan  pada anda sehingga anda terlihat sebagai orang terkaya; jika sekiranya anda menghendaki kedudukan, saya akan membuatmu sebagai seorang raja, dan jika ada padamu ternyata merupakan roh jahat, seperti yang anda lihat tetapi tak mampu menghindar, saya akan mencari pakar perawatan dan menggunakan harta kekayaan demi menyembuhkan penyakitmu. Biasanya setiap roh jahat ada saja seorang ahli penyembuhnya.” Setelah mendengar penuh sabar dan perhatian, Nabi Muhammad mulai menjawab, “sekarang dengarlah dari saya:
$Om ÇÊÈ   ×@ƒÍ\s? z`ÏiB Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇËÈ   Ò=»tGÏ. ôMn=Å_Áèù ¼çmçG»tƒ#uä $ºR#uäöè% $|Î/ttã 5Qöqs)Ïj9 tbqßJn=ôètƒ ÇÌÈ   #ZŽÏ±o0 #\ƒÉtRur uÚtôãr'sù öNèdçŽsYò2r& ôMßgsù Ÿw tbqãèyJó¡o ÇÍÈ   (#qä9$s%ur $oYç/qè=è% þÎû 7p¨ZÅ2r& $£JÏiB !$tRqããôs? Ïmøs9Î) þÎûur $oYÏR#sŒ#uä ֍ø%ur .`ÏBur $oYÏZ÷t/ y7ÏZ÷t/ur Ò>$pgÉo ö@yJôã$$sù $uZ¯RÎ) tbqè=ÏJ»tã ÇÎÈ  
“Haa Miim. Diturunkan dari tuhan yang maha pemurah lagi maha penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya) maka mereka tidak (kamu) mendengarkan. Meraka berkata, ‘Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan diantara kami dan kamu ada dinding, bekerjalah kamu; sesungguhnya kamu bekerja (Pula).’” [7]
Nabi Muhammad meneruskan bacaan sementara ‘Utba mendengar penuh perhatian sehingga sampai pada sepotong ayat yang memerintahkan sujud dan ia melakukannya. Nabi Muhammad kemudian berkata, “Anda telah mendengar apa yang telah kubacakan dan selanjutnya terserah sikap anda.”[8]

E.     Boikot Kaum Quraish terhadap Nabi Muhammad SAW. dan Sukunya.
            Banyak cara dan upaya yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencega dakwah nabi Muhammad, namun selalu gagal, baik secara diplomatic dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan secara fisik. Puncak dari segala cara itu adalah dengan diberlakukan nya pemboikotan terhadap Bani Hasyim yang merupakan tempat Nabi Muhammad saw berlindung. Pemboikotan ini berlangsung selama tiga tahun, dan merupakan tindakan yang paling melemahkan umat islam pada saat itu. Pemboikotan ini baru berhenti setelah kaum Quroisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan.[9]
Tekanan dari orang-orang kafir semakin keras terhadap gerakan dakwah Nabi Muhammad saw, terlebih setelah meninggalnya dua orang yang selalu melindungi dan menyokong Nabi Muhammad dari orang-orang kafir yaitu, paman beliau, Abu Tholib, dan istri tercinta beliau, Khodijah. Peristiwa itu terjadi pada tahun kesepuluh kenabian. Tahun ini merupakan tahun kesedian bagi Nabi Muhammad saw. Sehingga dinamakan Amul Khuzn.

F.      Perjanjian Akabah
 Di mekah dakwah Nabi Muhammad saw Mendapat rintangan dan tekanan, pada akhirnya Nabi memutuskan untuk berdakwah di luar mekah. Namun, di Thaif beliau di caci dan di lempari batu sampai beliau terluka. Hal ini semua hampir menyebabkan Nabi Muhammad saw. Putus asa, sehingga untuk menguatkan hati beliau, Allah mengutus dan mengisra’ dan memi’rajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang isyra’ dan mi’raj ini menggemparkan masyarakat makkah. Bagi orang kafir, peristiwa ini dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi Muhammad saw. Sedangakan bagi orang yang beriman ini merupakan ujian keimanan.
Setelah peristiwa isra’ dan mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam terjadi, yaitu dengan datang nya jumlah penduduk yasrib (madinah) untuk berhaji ke mekah, mereka berdiri dari dua suku yang saling bermusuhan, yaitu suku Aus dan Khazraj yang masuk islam dalam tiga gelombang. Pada gelombang pertama pada tahun kesepuluh kenabian, mereka datang untuk memeluk agama islam dan menerapkan ajarannya sebagai upaya untuk mendamaikan permusuhan antara kedua suku. Mereka kemudian mendakwahkan Islam di Yastrib. Gelombang kedua, pada tahun ke-12 kenabian mereka datang kembali menemui nabi dan mengadakan perjanjian yang dikenal dengan perjanjian “Aqabah pertma”, yang berisi ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian ke yatsrib sebagai juru dakwah di sertai oleh Mus’ab bin Umair yang di utus oleh nabi untuk berdakwah bersama mereka. Gelombang ketiga, pada tahun ke-13 kenabian, mereka datang kembali kepada nabi untuk hijrah ke yastrib. Mereka akan membai’at nabi sebagai pemimpin. Nabi pun akhirnya menyetujui usul mereka untuk berhijrah. Perjanjian ini di sebut perjanjian “Aqabah kedua” karena terjadi pada tempat yang sama.[10]
      Akhirnya Nabi Muhammad bersama kurang lebih 150 kaum muslimin hijrah ke Yatsrib. Dan ketika sampai disana, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama yatsrib di ubah menjadi Madinah.
      Demikian periode Mekah terjadi. Dalam periode ini Nabi Muhammad saw mengalami hambatan dan kesulitan dalam dakwah Islamiyah. Dalam periode ini Nabi Muhammad saw belum terfikir untuk menyusun suatu masyarakat Islam yang teratur, karena perhatian Nabi Muhammad saw lebih terfokus pada penanaman modal atau keimanan masyarakat
BAB III
                                                        PENUTUP                   
A.                Dari Uraian di atas dapat kami simpulkan beberapa hal sebagai berikut.
Yakni;
1.      Pada mulanya Nabi Muhammad berdakwah dengan cara sembunyi-sembunyi atau hanya sebatas kalangan keluarga dan para sahabat yang di yakini mampu menerima ajaran islam. Periode ini berjalan kurang lebih tiga tahun, lalu selanjutnya beliauberdakwah secara terang-terangan atas turunnya Firman Allah SWT (surat Al-hijr ayat:94), namun dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena mendapat tantangan dari pihak kafir Quraisy.
2.      Banyak rintangan yang di lakukan oleh kelompok Quraisy yang menentang Ajaran yang di bawa oleh Muhhamad. Karena ada anggapan ajaran Islam ini mengancam keberadaan Agama leluhur mereka.
3.      Banyaknya penyiksaan yang di lakukan oleh pihak kafir Quraisy terhadap pihak kaum muslimin yang notabennya adalah kaum budak. Sehinnga nabi berseru kepada pihak muslim untuk mencari tempat berlindung yang lebih aman.







DAFTAR PUSTAKA

            Al-A’zami. M. 2005. The History The Qur’anic Text. Jakarta: Gema Insani Press.
            Aen Nurul, M.A.  1996 Pengantar Sejarah dan Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setra.
            Yatim Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
            Ibrahim Hasan. 2001. Sejarah Dan Kebudayaan Islam. Jakarta:Kalam Mulia.


[1] Prof. Dr. M.M. Al-A’zami. The History The Qur’anic Text,( Jakarta: Gema Insani, 2005)  hlm: 24
[2] Prof. Dr. H.Nurul Aen, M.A. Pengantar Sejarah dan Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Setra.) Hlm:
[3] DR. Hasan Ibrahim Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2001). Hlm: 149.
[4] Al-Qur’an 15:94-95
[5] Prof. Dr. M.M. Al-A’zami. The History The Qur’anic Text, (Jakarta: Gema Insani, 2005)  hlm: 28
[6] Prof. Dr. H.Nurul Aen, M.A.  Pengantar Sejarah dan Peradaban Islam.( Bandung: Pustaka Setra.) Hlm:
[7] Qur’an, 41:1-5
[8] Prof. Dr. M.M. Al-A’zami. The History The Qur’anic (Jakarta: Gema Insani, 2005) Text, hlm:30
[9] Dr. Badri Yatim,M.A. Sejarah Peradaban Islam.(Jakarta: Rajawali Press, 2010). Hlm: 23
[10]  Nurul Aen, M.A. Pengantar Sejarah dan Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Setra.)Hlm:
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar