Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Sejarah
Peradaban Islam 1”
Dosen Pembimbing : Dwi Susanto, M.A.
Disusun
oleh :
Mohammad Nadlif (A02213060)
PRODI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB
IAIN SUNAN
AMPEL SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat taufiq hidayah dan
inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Dakwah dan Perjuangan Nabi Muhammad SAW di
Mekah”.
Pada kesempatan ini kami sampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang ikut serta
membantu menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih khususnya kami
sampaikan kepada Bapak Dwi Susanto, M.A. selaku dosen pembimbing kami yang senantiasa
meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan kritik dan saran perbaikan
sehingga tersusun makalah ini dengan baik dan tak lupa pula sahabat dan semua
pihak yang telah memberikan informasi dan motifasinya kepada penulis.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan kiranya perlu adanya
perbaikan-perbaikan baik dari segi penulisan maupun isinya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari perbaikan selanjutnya.
Atas perhatian
dan bantuan dari semua pihak atas terselesaikannya Makalah ini, sebelumnya
disampaikan banyak terima kasih atas segala partisipasinya. Semoga Allah
memberikan balasan yang berlipat ganda.
Amin...
Surabaya, 05
Oktober 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Rasulullah
saw. Di lahirkan pada tanggal 20 april
571 M. ketetapan ini sebagaimana di kemukakan oleh sebagai sumber berita arab,
yakni pada tahun yang dikenal dengan sebutan tahun Gajah. Beliau lahir dari
keluarga miskin secara materi namun berdarah ningrat dan terhormat.
Dengan
diberkahi sikap ideal dan benci terhadap segala jenis pemberhalaan, Muhammad
tidak pernah sujud di depan patung orang Quraiys Tuhan Yang Esa, cara berfikir
yang baik,dan keadaan buta huruf menyebabkan ia tak tahu-menahu praktik
keagamaan Kristen nmaupun Yahudi. Kemudian sewaktu mulai menunjukan tanda-tanda
kematangan menerima tugas kenabian, Allah mempersiapkan tugas ini secara
bertahap.
Ketika
negeri Arab (Mekkah) menjadi tempat lahirnya islam dan sebagai tempat Nabi
berdakwah sudah seharusnya terlebih dahulu kita mengenal-walau sedikit-tentang
kondisi geografi , kondisi kota, kondisi keagama’an masyarakat mekah sebelum
islam di sebarkan oleh Rasulullah.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana cara
Nabi Muhammad saw berdakwah?
2.
Apa kesulitan
Rasulullah ketika berdakwah di mekkah?
3.
Mengapa
Rasulullah SAW Hijrah ke Yastrib?
C. Tujuan
1. Mengetahui
cara dakwah Nabi Muhammad SAW.
2. Mengetahui
rintangan-rintangan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah
3. Memahami
Asbabun Nuzul perintah Nabi Muhammad SAW berhijrah ke yastrib.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kelahiran
Nabi
Muhammad SAW.
Sebagaimana telah di sebutkan
sebelumnya bahwa ‘Abdullah Ayah Muhammad, wafat pada saat aminah sedang
hamil.Muhammad dilahirkan dalam keadaan serba pelik.
Ia lahir dari kelurga miskin namun cukup terpandang di masyarakat. Beberapa
saat kemudian ibunya juga meninnggal dunia dan menjadi anak yatim piatu sejak
usia enam tahun. Ia mulai bekerja sebagai pengembala kambing di kota mekah di dataran bumi yang tandus itu. Mengikuti
jejak tradisi orang Quraiys, ia pun terjun ke dunia bisnis. Sikap integritas
dan keberhasilannya sebagai pedagang, ia berhasil meraih simpati Khadijah
seorang janda tua, cerdik, lagi kaya. Kemudian ia menikahinya. Muhammad amat
terkenal memilki sikap kejujuran dan integritas di seluruh kota mekah dalam
semua masalah. Pendapat Ibn Ishaq mengatakan . “sebelum turunnya wahyu,
orang-orang Quraiys telah memberi label sebagai satu-satunya orang yang terpercaya (Al-Amin).[1]
B. Nabi
Muhammad SAW. Berdakwah secara sembunyi-sembunyi
Pada periode ini, tiga tahun
pertama, dakwah islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai
melaksanakan dakwah islam di lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau
sendiri, yaitu Khadijah, yang menerima dakwah beliau, lalu Zaid, bekas budak
beliau. Di samping itu, juga banyak orang yang masuk islam dengan perantaraan
Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunal awwalun (orang-orang
yang terlebih dahulu masuk islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin
Awwan, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah,
Abu Ubaidillah bin Jarrah dan Al-Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya di jadikan
markas untuk berdakwah (rumah Arqam).[2]
C. Nabi
Muhammad Berdakwah secara Terbuka
Setelah tiga tahun lamanya
berdakwah secara sembunyi-sembunyi dan dakwah itu hanya disampaikan kepada
orang yang diyakini akan menerima islam. Semala ini pula beliau dan para
sahabatnya melaksanakan shalat dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak
dipantau oleh orang-orang Quraisy.[3]
Kemudian Nabi Muhammad SAW. dapat perintah Allah agar menyebarkan pesan-pesan
dakwah secara terang-terangan.yakni dalam Surah Al-Hijr, ayat 94:
÷íyô¹$$sù
$yJÎ/
ãtB÷sè?
óÚÌôãr&ur
Ç`tã
tûüÏ.Îô³ßJø9$#
ÇÒÍÈ $¯RÎ)
y7»oYøxÿx.
úïÏäÌöktJó¡ßJø9$#
ÇÒÎÈ
“Maka sampaikanlah
olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”, (QS. Al-Hijr ;94-95).[4]
Pada
tahap awal Nabi Muhammad melihat keberhasilan dakwahnya karena para pembesar
dan kepala suku tidak ada di kota mekah. Saat kembali, mereka mulai membuat
perhitungan dan menyadari akan bahaya agama baru ini. Mereka mulai melakukan
penindasan kepada masyarakat Muslim yang baru lahir. Beberapa rakyat kecil
mulai dipaksa kembali menerima tata cara kehidupan semula sedang lain nya tetap
bertahan pada kepercayaan agama baru. Dari hari ke hari kekejaman semakin
meningkat dan Nabi Muhammad setelah lebih kurang dua tahun dalam penindasan
minta mereka yang tak tahan menghadapi ujian agar hijrah ke Habashah. Hijrah
kedua dimulai tidak lama setelah melihat meningkatnya penindasan pihak
orang-orang kafir yang ingin mencabut akar pemikiran Islam dari lubuk hati mereka. Melihat kegagalan
strategi yang mereka lakukan, orang-orang kafir mulai mengambil langkah-langkah
baru.[5]
Namun, dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena
mendapat tantangan dari kaum kafir Quraiys. Hal tersebut timbul karena beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut.
1. Mereka
tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa
tunduk kepada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani
Abdul Mutholib.
2. Nabi
Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya.
3. Para
pemimpin Quraisy tidak mau percaya atau pun mengakui serta tidak menerima ajaran
tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
4. Taklid
kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada bangsa arab,
sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang dan
mengikuti agama islam.
5. Pemahat
dan penjual patung memandang islam sebagai penghalang rezki.[6]
D.
Tawaran pihak Quraish kepada Nabi Muhammad SAW
Dengan masuk islamnya Hamzah (salah satu paman Nabi
Muhammad)merupakan titik klimaks bahaya yang dirasakan oleh pihak Quraish.’Utba
bin Rabi’a, seorang kepala suku melihat Muhammad melaksanakan sholat di Masjid
al-Haram sendirian dan memberitahukan kepada yang lain, “Saya akan pergi
menemui Muhammad dan mengemukakan beberapa usulan yang mudah-mudahan ia dapat
menerimanya. Kita tawarkan apa saja yang ia mau dan kita akan membiarkan ia
dalam keadaan selamat.” ‘Utba pergi menemuinya dan berkata, “wahai saudara
sepupuku, anda adalah satu diantara kita, keturunan kabilah termulia serta
memiliki asal usul keturunan yang amat terpandang. Anda hadir di tengah para pengikut
dengan membawa masalah yang amat besar yang mengakibatkan pecahnya masyarakat.
engkau caci maki tatanan hidup, menghina tuhan-tuhan dan agama mereka dan anda
anggap keturunan mereka sebagai kafir. Sekarang dengan apa yang hendak saya
tawarkan dengan harapan anda akan menerima salah satu darinya.” Nabi Muhammad
setuju ‘Utba meneruskan ucapannya. “Wahai saudara sepupu saya, jika sekiranya
anda menghendaki dengan apa yang anda bawa-harta kekayaan, kita akan
mengumpulkan seluruh kekayaan dan menganugerahkan pada anda sehingga anda terlihat sebagai
orang terkaya; jika sekiranya anda menghendaki kedudukan, saya akan membuatmu
sebagai seorang raja, dan jika ada padamu ternyata merupakan roh jahat,
seperti yang anda lihat tetapi tak mampu menghindar, saya akan mencari pakar
perawatan dan menggunakan harta kekayaan demi menyembuhkan penyakitmu. Biasanya
setiap roh jahat ada saja seorang ahli penyembuhnya.” Setelah mendengar penuh
sabar dan perhatian, Nabi Muhammad mulai menjawab, “sekarang dengarlah dari saya:
$Om
ÇÊÈ ×@Í\s?
z`ÏiB
Ç`»uH÷q§9$#
ÉOÏm§9$#
ÇËÈ Ò=»tGÏ.
ôMn=Å_Áèù
¼çmçG»t#uä
$ºR#uäöè%
$|Î/ttã
5Qöqs)Ïj9
tbqßJn=ôèt
ÇÌÈ #Zϱo0
#\ÉtRur
uÚtôãr'sù
öNèdçsYò2r&
ôMßgsù
w tbqãèyJó¡o
ÇÍÈ (#qä9$s%ur
$oYç/qè=è%
þÎû
7p¨ZÅ2r&
$£JÏiB
!$tRqããôs?
Ïmøs9Î)
þÎûur
$oYÏR#s#uä
Öø%ur
.`ÏBur
$oYÏZ÷t/
y7ÏZ÷t/ur
Ò>$pgÉo
ö@yJôã$$sù
$uZ¯RÎ)
tbqè=ÏJ»tã
ÇÎÈ
“Haa Miim. Diturunkan dari tuhan yang maha pemurah lagi
maha penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa
Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa
peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya) maka mereka tidak
(kamu) mendengarkan. Meraka berkata, ‘Hati kami berada dalam tutupan (yang
menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan
dan diantara kami dan kamu ada dinding, bekerjalah kamu; sesungguhnya kamu
bekerja (Pula).’” [7]
Nabi Muhammad meneruskan bacaan sementara ‘Utba mendengar
penuh perhatian sehingga sampai pada sepotong ayat yang memerintahkan sujud dan
ia melakukannya. Nabi Muhammad kemudian berkata, “Anda telah mendengar apa yang
telah kubacakan dan selanjutnya terserah sikap anda.”[8]
E.
Boikot Kaum Quraish terhadap Nabi
Muhammad SAW. dan Sukunya.
Banyak cara dan upaya yang ditempuh
para pemimpin Quraisy untuk mencega dakwah nabi Muhammad, namun selalu gagal,
baik secara diplomatic dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan secara fisik. Puncak
dari segala cara itu adalah dengan diberlakukan nya pemboikotan terhadap Bani
Hasyim yang merupakan tempat Nabi Muhammad saw berlindung. Pemboikotan ini
berlangsung selama tiga tahun, dan merupakan tindakan yang paling melemahkan
umat islam pada saat itu. Pemboikotan ini baru berhenti setelah kaum Quroisy
menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan.[9]
Tekanan dari orang-orang kafir semakin keras terhadap
gerakan dakwah Nabi Muhammad saw, terlebih setelah meninggalnya dua orang yang
selalu melindungi dan menyokong Nabi Muhammad dari orang-orang kafir yaitu,
paman beliau, Abu Tholib, dan istri tercinta beliau, Khodijah. Peristiwa
itu terjadi pada tahun kesepuluh kenabian. Tahun ini merupakan tahun kesedian
bagi Nabi Muhammad saw. Sehingga dinamakan Amul Khuzn.
F. Perjanjian
Akabah
Di mekah dakwah Nabi
Muhammad saw Mendapat rintangan dan tekanan, pada akhirnya Nabi memutuskan
untuk berdakwah di luar mekah. Namun, di Thaif beliau di caci dan di lempari
batu sampai beliau terluka. Hal ini semua hampir menyebabkan Nabi Muhammad saw.
Putus asa, sehingga untuk menguatkan hati beliau, Allah mengutus dan mengisra’
dan memi’rajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang isyra’
dan mi’raj ini menggemparkan masyarakat makkah. Bagi orang kafir, peristiwa ini
dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi Muhammad saw. Sedangakan bagi
orang yang beriman ini
merupakan ujian keimanan.
Setelah
peristiwa isra’ dan mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam
terjadi, yaitu dengan datang nya jumlah penduduk yasrib (madinah) untuk berhaji
ke mekah, mereka berdiri dari dua suku yang saling bermusuhan, yaitu suku Aus
dan Khazraj yang masuk islam dalam tiga gelombang. Pada gelombang pertama pada
tahun kesepuluh kenabian, mereka datang untuk memeluk agama islam dan
menerapkan ajarannya sebagai upaya untuk mendamaikan permusuhan antara kedua
suku. Mereka kemudian mendakwahkan Islam di Yastrib. Gelombang kedua, pada
tahun ke-12 kenabian mereka datang kembali menemui nabi dan mengadakan
perjanjian yang dikenal dengan perjanjian “Aqabah pertma”, yang berisi ikrar
kesetiaan. Rombongan ini kemudian ke yatsrib sebagai juru dakwah di sertai oleh
Mus’ab bin Umair yang di utus oleh nabi untuk berdakwah bersama mereka.
Gelombang ketiga, pada tahun ke-13 kenabian, mereka datang kembali kepada nabi
untuk hijrah ke yastrib. Mereka akan membai’at nabi sebagai pemimpin. Nabi pun
akhirnya menyetujui usul mereka untuk berhijrah. Perjanjian ini di sebut
perjanjian “Aqabah kedua” karena terjadi pada tempat yang sama.[10]
Akhirnya Nabi Muhammad bersama kurang
lebih 150 kaum muslimin hijrah ke Yatsrib. Dan ketika sampai disana, sebagai
penghormatan terhadap nabi, nama yatsrib di ubah menjadi Madinah.
Demikian periode Mekah terjadi. Dalam periode ini Nabi Muhammad saw
mengalami hambatan dan kesulitan dalam dakwah Islamiyah. Dalam periode ini Nabi
Muhammad saw belum terfikir untuk menyusun suatu masyarakat Islam yang teratur,
karena perhatian Nabi Muhammad saw lebih terfokus pada penanaman modal atau
keimanan masyarakat
BAB III
PENUTUP
A.
Dari Uraian di
atas dapat kami simpulkan beberapa hal sebagai berikut.
Yakni;
1. Pada
mulanya Nabi Muhammad berdakwah dengan cara sembunyi-sembunyi atau hanya
sebatas kalangan keluarga dan para sahabat yang di yakini mampu menerima ajaran
islam. Periode ini berjalan kurang lebih tiga tahun, lalu selanjutnya
beliauberdakwah secara terang-terangan atas turunnya Firman Allah SWT (surat
Al-hijr ayat:94), namun dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena
mendapat tantangan dari pihak kafir Quraisy.
2. Banyak
rintangan yang di lakukan oleh kelompok Quraisy yang menentang Ajaran yang di bawa
oleh Muhhamad. Karena ada anggapan ajaran Islam ini mengancam keberadaan Agama
leluhur mereka.
3. Banyaknya
penyiksaan yang di lakukan oleh pihak kafir Quraisy terhadap pihak kaum
muslimin yang notabennya adalah kaum budak. Sehinnga nabi berseru kepada pihak
muslim untuk mencari tempat berlindung yang lebih aman.
DAFTAR PUSTAKA
Al-A’zami. M. 2005. The History
The Qur’anic Text. Jakarta: Gema Insani Press.
Aen Nurul, M.A. 1996
Pengantar Sejarah dan Peradaban
Islam.
Bandung:
Pustaka Setra.
Yatim Badri. 2010. Sejarah
Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ibrahim Hasan. 2001. Sejarah Dan
Kebudayaan Islam. Jakarta:Kalam Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar